Menggairahkan Bina Karya Mandiri

Menggairahkan BKM

Secara sederhana Bina Karya Mandiri (BKM) adalah wadah bagi pandu peghela dan penuntun untuk memperoleh tambahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan pengalaman yang dapat memberikan sejumlah bekal kemampuan untuk menghasilkan uang guna kehidupannya berkeluarga dan bermasyarakat kelak, yang juga memberikan bekal bagi pengabdiannya pada persyarikatan, tanah air, dan bangsa.

 

Di dalam Perkemahan Besar Pandu Penghela (Perpala) HW Kwartir Wilayah Jawa Timur 3-5 September 2013 yang lalu peserta diajak berfikir untuk memanfaatkan lembaga BKM dalam struktur HW, dengan penekanan segi praktisnya, yaitu sebagai sarana pelatihan untuk belajar mencari uang. Setelah diuraikan latar belakang adanya BKM ini, yang digambarkan bahwa tidak sedikit kegiatan-kegiatan yang terkesan kecil, tetapi jika ditangani dengan sungguh-sungguh akan dapat menghasilkan uang. Diingatkan bahwa di tiap daerah pasti ada peluang untuk usaha ini, yang berpangkal pada adanya produk unggulan daerah ataupun adanya kebutuhan daerah lain yang perlu untuk dipenuhi, yang secara menyeluruh merupakan kegiatan perekonomian. Dari beberapa Kwarda eserta ada yang cukup sadar akan potensi yang ada di daerahnya maupun pada dirinya, lalu mampu mulai berfikir untuk mengembangkan berbagai usaha ataupun untuk berproduksi.

 

Para peserta yang telah berfikir untuk usaha di lingkungan Kwardanya:

Nganjuk: Bakso goreng, nasi campur (di sekolah), es tape, es ketan hitam, ternak sapi , jual daging, emping garut, nasi becek, bakso bakar, kopi joss, tahu campur, sambal pecel, susu kedelai, kripik tempe, kripik belut, kripik tahu, getuk pisang, kripik singkong, krupuk puli, cenil, samplok, teh rosela.

Bojonegoro: Ledre, batik Bojonegoro, minyak tanah, kayu jati, paving stone, krupuk, marning,, perdagangan sapi, kebun singkong, olahan singkng, ternak kelinci, ternak kambing etawa,

 Trenggalek: Pindang ikan (sentra ikan laut), kresek/abon, kripik tempe, alen-alen, buah-buahan (manggis, durian, salak), cengkeh, bakso ikan, ikan bakar, gathot

Jember: Ceriping pisang, gethuk, tape, suwar-suwir, cewel, tembakau, krupuk singkong, susu kedelai, rempeyek

Blitar: Baju batik, sari kedelai rasa baru, dessert dari tahu, empek-empek rsa keju, obat herbal

Banyuwangi: Tanaman hias, minuman sehat (yoghurt, nata de coco), krupuk rambak, hijab syar’i modern

Pacitan: Kripik singkong, sale pisang, bakso super Pacitan, onde-onde, kopi

Sidoarjo: Ote-ote potong, kupang lontong, rujak cingur, tahu campur, onde-onde, ceker pedas Lapindo

 Situbondo: Batik Situbodo (Selowogo), kerajinan kulit kerang, produk olahan ikan, tanglur, rujak kelangan

Malang:  Kripik tempe, kripik buah, sari apel, bakso, tahu bulat, lalapan

Gresik: singkong keju, jamur krispi, martabak, nasi krawu, batagor, siomay

Ngawi: Kripik tempe, pabrik tahu, batik Ngawi, air minum (isi ulang?), marning, kripik singkong

 

Ada juga yang “hanya” berorientasi pada langkah-langkah awal dengan mengemukakan pengadaan warung makan tempe penyet, pabrik roti, nasi goreng, bakso bakar.

Secara menyeluruh pemikiran anak-anak muda di atas itu potensiil, artinya tidak sedikit orang yang sudah berhasil dalam usaha semacam itu; ada yang cukup dilakukan secara perseorangan, berkelompok, berkoperasi, ataupun ada yang memang harus dilakukaan dalam suatu perusahaan besar. Kwarcab, Kwarda , ataupun Kwarwil dapat membantu mereka dengan mempertemukan mereka dengan orang-orang yang telah berhasil di bidang itu dalam bentuk kegiatan kursus, pelatihan, ataupun bentuk magang bersama, dikemas dalam krida Bina Karya Mandiri.

Mudah-mudahan para peserta Perpala itu dapat menentukan pilihan utamanya untuk dibahas lebih rinci nantinya, seperti yang telah ditugaskan kepada mereka.

 

Secara lebih lengkap ide-ide untuk BKM ini nanti insya Allah akan saya sajikan di https://tauhid.wordpress.com

0 Tanggapan to “Menggairahkan Bina Karya Mandiri”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar